Pencerah Hati

NASEHAT UNTUK PEMUDA DAN PEMUDI - 15 Februari 2021 19:36

  • Senin, 15 Februari 2021 19:36:28
  • Ahmad Imam Mawardi

NASEHAT UNTUK PEMUDA DAN PEMUDI

Nasehat berikut ini saya dapatkan dari para tetua dan para guru yang telah lama merekam sejarah kemanusiaan dengan segala lika-likunya. Saya tulis ulang dan share kembali untuk menjadi perhatian bagi kita semua agar nantinya mampu membangun keluarga yang harmonis dan agamis. Nasehat berikut adalah untuk semua kita, utamanya para pemuda dan pemudi yang sedang mencari pasangan ikrar membangun rumah tangga.

Wahai para pemuda, jika engkau memang berniat menikah mencari padangat hidup yang mengantarkan pada bahagia, carilah dia di keluarga yang baik-baik. Lihatlah dulu keluarganya, sebelum engkau mengagumi dirinya. Mengapa? Karena seorang puteri itu biasanya adalah salinan asli (fotokopi) dari keluarganya.

Lihatlah, dari keluarga macam apa wanita yang ingin engkau nikahi itu tumbuh besar. Apakah dari keluarga yang kuat agama atau tidak? Apakah dari keluarga yang senang ilmu apa tidak? Apakah dari keluarga yang bernuansa Qur'an apa tidak? Apakah dari keluarga yang bersahabat dengan malaikat apa yang bersahabat dengan syetan? Sungguh, akhlak dan kepribadian iyu jauh lebih mahal dibandingkan kecantikan wajah. Tidak percaya? Tanyakan hatimu kelak.

Wahai para pemudi, kalau kalian memang benar-benar mencari lelaki untuk menjadi imammu, menjadi pembimbingmu, menjadi panutanmu, lihatlah dahulu siapa gurunya dan siapa pula teman-temannya sebelum engkau lihat penampilannya. Apakah lelaki itu dekat dengan guru yang mengajarkan agama ataukah guru yang hanya mengajarkan ilmu dunia saja, atau tak suka berguru sama sekali? Apakah sahabat-sahabatnya adalah orang-orang yang selalu ingat Allah ataukah yang selalu lalai dan lupa kepada Allah?

Bacalah karakter dan kepribadiannya sebelum engkau baca tampang dan dompetnya. Tampang itu mudah berubah, dompet itu pun bisa penuh dan kosong. Lihat pula keluarganya, apakah dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang peduli nilai kebenaran dan kebaikan ataukah di lingkungan keluarga yang tak kenal aturan hukum dan etika? Pada akhirnya, jika telah salah pilih, engkau pasti berkata bahwa lebih baik tak bersuami ketimbang bersuamikan lelaki yang tak pantas dijadikan suami.

Semoga semua dapat berjodoh dengan orang-orang yang membahagikan di dunia dan akhirat kelak. Lalu, bagaimana kalau sudah kadung mendapat pilihan yang salah karena proses yang salah? Masih ada waktu untuk memperbaiki. Bagaimana caranya? Kapan-kapan kita bahas secara umum atau "bisik-bisik" saja. Salam, AIM@otw_Clamp Peys Distr.