Pencerah Hati

PENCEMARAN NAMA BAIK - 09 Juni 2021 11:06

  • Rabu, 09 Juni 2021 11:06:53
  • Ahmad Imam Mawardi

PENCEMARAN NAMA BAIK

Setiba di pondok dari jalan jauh kami sekeluarga berkumpul bersama. Anak, menantu dan cucu berkumpul di kamar yang kami tempati. Saya dan istri sedari awal menempati ruang tidur berukuran biasa-biasa saja, tak luas namun juga tak sempit, namun perasaan kami lega. Kami berbincang tentang apa yang harus kita lakukan kalau ingin selalu ditolong Allah. Kami sepakati pilihan jalan bersama, yaitu melayani Allah dan agama Allah semampu kami.

Pertemuan bubar, lalu saya membaca sebuah kitab yang judulnya singkat saja, "IHDINA." Artinya adalah BERI KAMI PETUNJUK. Saya tertarik membaca karena di bagian depannya tertulis bahwa buku ini adalah tentang penyakit dan obatnya. Saya membuka kitab ini pelan-pelan dan mrmbacanya juga dengan pelan-pelan, takut ada yang terlewat. Ternyata setelah membaca daftar isinya, ini kitab bukan tentang penyakit badan melainkan tentang penyakit hati dan obatnya.

Bagian pertama, mulai halaman 7, adalah tentang penyakit PENCEMARAN NAMA BAIK. Wah, tema ini merupakan tema yang tak kunjung selesai. Setiap zaman selalu saja ada, dan yang menjadi korban seringkali adalah orang yang tak sepenuhnya bersalah. Pencemaran nama baik adalah dosa atau pelanggaran  dengan memberitakan sesuatu yang merusak harga diri seseorang. Manusia itu sejatinya memiliki martabat, kemuliaan, nilai diri. Mungkin saja martabat ini turun karena kesalahan dirinya sendiri dan bisa jadi karena dirusak oleh orang lain karena faktor iri  dengki, benci dan sejenisnya. Semoga Allah lindungi kita menjadi pelaku pencemaran nama baik, dosanya teramat besar.

Apa bahasa agamanya untuk pencemaran nama baik ini? Ia disebut dengan GHIBAH. Rasulullah bertanya kepada sahabat apakah tahu definisi ghibah. Sahabat menjawab bahwa Rasululullah lebih tahu. Ini adalah etika sahabat yang tidak sok lebih tahu ketimbang Rasulullah. Rasulullah mendefinisikannya dengan "menyebutkannya dirimu tentang saudaramu dalam hal yang dia tidak sukai." Sahabat bertanya: "Bagaimana kalau memang itu benar terjadi ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Kalau benar itulah yang ghibah, sementara kalau tidak benar berarti itu fitnah keji."

Kadang demi mengangkat derajat sendiri ada orang yang suka merendahkan orang lain. Kadang demi menghancurkan citra seseorang, ada yang tega membelokkan berita bahkan membuat berita palsu. Ini dilakukan bisa jadi karena motif busuk terpendam. Yakinlah bahwa pada waktunya akan terkuak. Yang paling aman bagi kita adalah tidak berghibah dan memfitnah. Lebih bagus lagi adalah meluruskan niat, memperbaiki niat, mentuluskan hati dan membeningkan jiwa dengan tunduk patuh pada rambu-rambu agama dan kemanusiaan.

Nah, bagaimana cara mengobati penyakit ghibah ini? Kitab IHDINA mengulasnya dengan baik. Namun karena tulisan ini sudah panjang, maka sementara saya cukupkan sekian. Yang penting, berusahalah untuk tidak melakukan pencemaran nama baik. Selain ini dosanya besar, ia juga merusak kebahagiaan diri dan memporakporandakan hubungan persahabatan/persaudaraan. Salam, A. I. Mawardi, Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya