Ada etika komunikasi masyarakat yang diajarkan al-Qur'an yang mulai banyak ditinggalkan di jaman penuh perburuan isu dan gossip ini. Koran dan TV serta media sosial saat ini berlomba untuk cepat-cepatan mengabarkan berita walau validitasnya masih sangat layak dipertanyakan. Tentu saja semua pemberitaan itu memiliki ideologi dan motif atau misi yang diembannya.
Allah berfirman dalam al-Qur'an: "“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujurat : 6) Ayat ini mengajarkan kita bagaimana menyikapi sebuah berita; lihat sumbernya, pembawa berita, dan kontennya serta jangan lupa untuk check and recheck.
Mufassir klasik seperti Ibn katsir dan al-Qurthubi serta mufassir kontemporer seperti Ibnu 'Asyur dan Syekh Ali as-Shabuni yang kitab-kitabnya banyak menyebar di Indonesia, menyatakan bahwa ayat tersebut di atas adalah perintah wajib klarifikasi sebuah berita dan keharaman berpegang pada berita orang-orang fasik karena sangat berpotensi menimbulkan bahaya. Berhati-hatilah dengan berita yang menyudutkan Islam dan tokoh-tokoh Islam, terlebih di tengah masyarakat yang bebas menyebarkan informasi seperti yang kita saksikan akhir-akhir ini.
Satu ayat di atas sesungguhnya banyak menyimpan pesan lain di samping yang disebut di atas, seperti bahwa kerusakan seringkali dimulai dari kabar dusta, fitnah, ghibah dan sejenisnya. Karenanya, kata Syekh Abu Bakar al-Jazairi dalam kitab Aysar at-Tafaasir, haram hukumnya menerima berita yang memihak atau bias tanpa adanya klarifikasi.
Pesan hikmah lain dari ayat itu adalah bahwa kita harus menjadi pembawa berita yang baik, menyampaikan dengan cara yang baik dan demi tujuan yang baik pula. Inilah yang akan menjadi modAl dan model kebangunan umat Islam yang sesungguhnya. Setuju? Salam, AIM@ just arrived at Pondok Pesantr