Pencerah Hati

Pencerah Hati 02 April 2016 11:00

  • Sabtu, 02 April 2016 11:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Suatu kebahagiaan bagi saya bertemu senior saya di Mcgill university dulu, Dr. Fuad Jabali, seorang sarjana yang tekun sekali membaca manuskrip demi untuk mengetahui secara detail berdasarkan data klasik tentang sahabat Nabi Muhammad SAW. Beliau berkunjung ke Pascasarjana UINSA setelah menghadiri sebuah acara lainnya di Surabaya.

Sapaan akrab dan guyonan ringan pembuka pembicaraanpun terjadi antara kami bertiga. Yang ketiga adalah Dr. Ahmad Nur Fuad, salah seorang ketua prodi di PPS UINSA Surabaya. Ternyata, orang sibuk memang tak punya banyak waktu, cuma sebentar berbincang langsung menuju kesimpulan. Beliau berkata: "Cak, ilmu itu bukan hanya dalam buku, namun yang banyak itu malah dalam kehidupan." Maksud beliau adalah bahwa cendikiawan itu bukan yang bergaulnya hanya dengan buku, namun juga dengan manusia. Kemanfaatan ilmu itu adalah pada kehidupan nyata ini.

Bukan tak bagus selalu setia dengan buku, namun jangan lupakan memanfaatkan apa yang kita baca dan kita tulis itu untuk meningkatkan kemaslahatan manusia secara keseluruhan. Semakin banyak yang mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan yang kita miliki, maka semakin tinggi nilai ilmu. Nilai ilmu bukan pada ijazah dan sertifikat, melainkan pada perbaikan kehidupan diri dan orang lain yang disebabkan ilmu itu.

Cobalah baca sejarah ulama-ulama legandaris zaman dahulu pada sisi kesungguhannya mencari ilmu, menuliskan ilmu, dan melaksanakan serta menyebarkannya pada masyarakat. Mereka adalah orang-orang luar biasa, bukan hanya tulisannya yang perlu dibaca dan diikuti melainkan pola kehidupannya juga perlu dan pantas dijadikan teladan atau uswah hasanah. Benar sekali bahwa uswatun hasanah itu lebih penting ketimbang yang hanya mau'idhah hasanah (peringatan yang baik) apalagi ketimabng Siti Hasanah yang tidak hasanah (baik) tak punya uswah hasanah dan tak pernah ikut mau'idah hasanah. Salam, AIM@Ponpes Kota Alif Laam Miim Surabaya