Orang itu benar-benar berpendapat dan menjawab sesuatu berdasarkan apa yang dominan dalam pikirannya sendiri. Jangan kaget kalau ada orang yang memiliki usul berbeda dengan orang lain karena memang setiap orang memiliki keinginan dan agenda masing- masing.
Contoh ringannya adalah apakah pengajian di pondok hari ini diadakan atau diliburkan? Jawabannya pasti beragam. Ada yang berpendapat agar libur saja dulu karena bentrokan dengan libur panjang akhir dan awal tahun. Pendapat ini tak salah karena memang rata-rata manusia modern adalah menghabiskan waktu akhir dan awal tahun untuk liburan wisata bersama keluarga.
Meski demikian, ada yang berpendapat bahwa pengajian harus tetap ada demi keistiqamahan. Lebih dari itu, wisata terindah menurut al-Qur'an adalah wisata ke dalam diri masing-masing sebagai manusia yang disebut sebagai ahsana taqwim (makhluk terindah) atau membaca dan mengkaji al-Qur'an sebagai kalam terindah yang menyediakan kisah terindah (ahsanal qashashi).
Semua masuk akal sesuai dengan akalnya masing-masing. Ini persis dengan kisah seorang isteri yang ngeri melihat suaminya doyan rokok overdosis. Si isteri takut sekali suaminya mati gara-gara rokok, dia dengan setengah menangis berkata: "Mas, jangan merokok terus lah, apa tidak takut mati?" Suaminya yang memang pikiran di kepalanya berisikan rokok berkata santai: "Tenang, saya tak takut mati, saya bawa korek api tiga biji, kalau rokokku mati pasti mudah dihidupkan kembali." pandangan yang berbeda tentang mati.
Selamat datang di pengajian sore ini bagi yang datang, selamat berlibur bagi yang berlibur dan selamat beristirahat bagi yang beristirahat. Jangan lupa, kita semua akan mati yang tak bisa dihidupkan menggunakan korek api. Hehehe, salam. AIM@pondok Pesantren