Melihat orang jualan kerupuk yang diboncengnya di belakang sepeda motornya sampai membentuk miniatur gunung adalah inspirasi pagi yang luar biasa menyentuh hati: "semangat bekerja mencari kasab demi hidup tanpa bergantung kepada orang lain selain percaya bahwa Allah tak akan lupa mengatur rizki hambaNya." Salut kepada beliau atas semangat kerjanya, layak untuk menjadi guru "pantang menyerah, kerja apa saja yang penting halal."
Sebelumnya, saya bertemu dengan seorang kakek memikul dua wadah besar buah sukun matang. Saya adalah penggemar sukun, terlebih ketika saya tahu bahwa sukun adalah buah penuh manfaat kesehatan. Sepertinya dagangan kakek ini belum laku-laku. Bisa jadi baru berangkat, bisa jadi sudah mulai pagi namun karena dipiku terus maka tak ada yang menawarnya. Atau bannyak yang sungkan menawar karena dianggap sukun itu akan diantar ke rumah besannya. Saya sendiri tak membelinya karena berpapasan di jalan sempit yang tak memungkinkan saya berhenti. Salut kepada beliau dengan semangat kerjanya yang luar biasa. Saya harus angkat topi.
Barusan saya bertemu dengan seorang lelaki yang membawa beberapa pot bunga yang diboncengnya di sepeda motor tuanya. Sekali-kali orang ini teriak: "bunga...bunga... kembange..." Tak banyak yang melirik dia karena sudah tahu bahwa bunga seperti itu yang digemari manusia modern, melainkan bunga bank dan bunga utang piutang.
Lalu, saya berhenti di depan sebuah toko yang menjual obat tradisional atau herbal. Ternyata ramai juga pembelinya, rata-rata pengunjungnya bermobil lagi. Pikiran saya berkata, rupanya banyak orang yang mulai kembali ke alam tradisional. Pantas saja para pedagang yang saya jumpai hari ini tetap istiqamah berdagang dengan gaya tradisional, tak pakai onlen-onlenan atau aplendonlenan. Tak menyalahkan model baru, namun tetap menghargai gaya lama. Sampai jumpa di pengajian rutin Sabtu Sore, sore ini di Ponpes Kota Alif Laam Miim, salah satu model wisata ruhani tradisional. Salam, AIM, Pengasuh