Semangat Minus Pilihan Strategi
Mahasiswa yang satu ini luar biasa sekali semangatnya ya. Sadar bahwa dirinya tak bisa bahasa Inggris, dia berusaha keras untuk belajar. Setiap hari mencari informasi dimana dan bagaimana agar bisa menguasai bahasa Inggris dengan cepat. Menurutnya, tak nyaman dan kurang percaya diri saja kalau nanti lulus program doktor tapi tak bisa bahasa Inggris sama sekali.
Saya menenangkannya dengan berkata tak begitu mengapa karena dirinya sudah bisa bahasa Arab. Tetap saja dia semangat mau belajar bahasa Inggris. Memang kalau standar luar negeri biasanya setiap mahasiswa harus menguasai monimal dua bahasa asing. Ternyata bahasa Madura dan bahasa Jawa tidak termasuk bahasa asing. Mengapa ya?
Sudah satu tahun saya tak berjumpa mahasiswa itu. Baru hari ini berjumpa di kampus. Saya sapa dia sambil menepuk pundaknya: "Apa kabar Mas? Bagaimana bahasa Inggrisnya? Sudah sukses usaha Anda?" Dia kaget dan dengan tersenyum senang menjabat tangan saya sambil bersyukur. Alhamdulillah. Setelah itu baru dia bercerita:
"Setelah saya cari dan membandingkan satu cara dengan cara lainnya dalam belajar bahasa Ingris, ternyata yang terbagus dan tercepat itu melalui buki panduan "Lancar Berbahasa Inggris dalam Satu Bulan." Saya kaget dan terkejut lantas bertanya apakah dia sukses dan sudah lancar. Dijawabnya: "Harusnya saya sudah lancar, Bapak. Tapi ada satu masalah. Saya pesan buku panduan itu secara online 10 bulan yang lalu, ternyata sampai sekarang buku itu belum sampai ke tangan saya."
Semangat itu penting. Namun, planning, strategi, pemikiran dan realisasinya jauh lebih penting. Salam, AIM