Saya lagi di kelas Ekonomi Syariah Program Pascasarjana UINSA Surabaya, berbincang tentang transaksi ekonomi kontemporer, peluang dan resikonya. Menarik sekali diskusi di kelas ini, semangat syari'ahnya sangat kental tanpa menghilangkan keterhubungan dengan praktek mu'amalah kini dan di sini.
Kita diskusi tentang riba, sebuah masalah yang selalu saja menjadi kajian menarik walau seringkali dikaji dan dibahas. Walaupun pandangan ulama dan pakar tentang riba ini telah banyak disampaikan secara lugas namun sepertinya keraguan tentangnya di kalangan pebisnis tetap saja ada. Ada yang mencari-cari dalil kuat yang membolehkan, sebagaimana banyak juga yang mencari dalil tak terbantahkan tentang ketidakbolehannya secara mutlak.
Kajian terus berkembang sampai pada masalah dengan siapa sesungguhnya kita harus bermu'amalah, bertransaksi agar transaksi kita penuh keberkahan, bukan hanya keuntungan? Saya kutipkan kata-kata ulama motivator: "jangan engkau bertransaksi dengan orang yang lalai dalam shalat, Allah saja dilupakan apalagi Anda, kewajiban kepada Allah saja dilalaikan apalagi kewajiban kepada Anda."
Diskusi semakin menarik, ada pro dan kontra tentang kutipan saya tadi. Pro dan kontra mungkin juga ada di benak para pembaca status ini. Ini belum tiba pada kesimpulan, masih proses. Sedang istirahat 5 menit, sebentar lagi masuk lagi. Menurut Anda, setujukah dengan kata-kata ulama motivator yang saya sampaikan tadi? Mari kita diskusi bersama. Salam, AIM@Pascasarjana UINSA Surabaya