Dulu ketika kita masih kecil seringkali dibilangi oleh orang yang dewasa agar tidak usah ikut-ikut urusan orang tua karena kita masih dianggap kecil. Kita waktu itu terdiam, sadar diri dan berfikir sepertinya butuh waktu lama untuk menjadi orang tua. Ketika sekolah SD dulu kita selalu memandang bahwa untuk menjadi guru kita harus tua dulu dan karenanya sering berfikir bahwa kita butuh waktu lama untuk menjadi tua.
Saat ini kita sudah mulai tua. Ketika bertemu teman-teman SD dan SMP dulu kayaknya masih baru kemaren kita duduk bersama di bangku SD dan SMP itu. Waktu seakan begitu cepat berlalu dan begitu pendek sekali jarak satu tahun ke tahun-tahun berikutnya. Ya, tiba-tiba sudah tua dan merasa cukup tua untuk berkata kepada anak-anak kita seperti yang dikatakan orang tua dulu: "ini urusan orang tua, anak kecil jangan ikut-ikut."
Usia dan waktu berjalan begitu cepat. Nilai usia yang kita miliki bukanlah jumlah usia yang telah kita lalui, melainkan jumlah amal yang telah kita lakukan, amal yang dilakukan dengan cara yang benar dan niat yang ikhlas. Saatnya kita bertanya kepada kita sendiri amal apa yang telah kita lakukan untuk bekal kita kembali kepada Allah? Kita dilahirkan dalam keadaan suci, bisakah kita kembali dalam keadaan suci?
Kalau kita sadar telah banyak melakukan kekurangan dan kesalahan, maka proyek terpenting dalam sisa umur kita adalah proyek pembersihan diri. Kita harus bersemangat menolak sampah dan kotoran untuk kembali memenuhi hati kita. Pilihlah apa yang disuka Allah dan Rasulullah untuk menjadi isi hati kita.
Sebagai salah satu bentuk muhasabah kita, ambillah pena untuk menuliskan aktifitas apa yang paling banyak menyita waktu dan tenaga kita. Berapa persenkah dari waktu yang ada yang kita gunakan untuk urusan duniawi dan berapa persenkah untuk urusan ukhrawi? Berapa persenkah yang hilang sia-sia? Semoga Allah senantiasa memaafkan dan membimbing kita. Salam, AIM