Sebagaimana Anda biarkan dahulu makanan panas itu mendingin untuk Anda bisa memakannya dengan nyaman, maka biarkanlah pula konflik dan perselisihan itu mereda dulu agar Anda mudah menyelesaikannya. Menyelesaikan masalah ketika sedang panas-panasnya biasanya menyebabkan masalah lain sebagaimana memakan makanan yang panas sekali mengakibatkan sariawan, luka mulut dan lain sebagainya.
Dalam manajemen konflik dikenal beberapa cara resolusi konflik. Yang paling mudah dan paling dasar adalah dengan cara membiarkannya reda sendiri. Bahasa lain dari cara ini adalah "membiarkan waktu membunuh masalah." Lihat saja beberapa peristiwa heboh di panggung politik di negeri kita. Ada banyak sekali yang tidak diproses lanjut dan kemudian hilang ditelan masa tertutup oleh peristiwa lainnya.
Memang tak semua masalah harus diselesaikan dengan cara ini. Ada cara kompetisi alias menang-menangan seperti kasus keabsahan partai politik yang antar kawan saling menyerang, ada cara akomodatif yang berupaya memenuhi sebagian kehendak lawan, ada cara kompromistik yang mensyaratkan kebesaran hati untuk sama-sama mendapat dan memberi, serta ada pula cara lainnya.
Mau memakai cara apa saja, syarat terpenting dari sebuah penyelesaian masalah adalah pengakuan hati secara jujur akan posisi diri dalam masalah itu. Tak elok menyimpan dusta dalam waktu lama, tak nyaman menyimpan khianat dalam masa panjang, tak bahagia hati ketika harus memaksa diri menumpuk kebohongan di atas kebohongan sebelumnya.
Berbesar hati mengakui kekurangan dan kesalahan diri, berlebar dada untuk meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi adalah jauh lebih baik ketimbang terus bersikukuh sebagai pihak yang tak pernah bersalah. Satu tetes air mata penyesalan akan menyuburkan kembali tanaman kasih sayang yang mulai mengering. Salam, AIM, pengasuh pondok pesantren kota Alif Laam Miim Surabaya