Dalam beberapa training dan seminar smart parenting (seni menjadi orang tua yang baik), selalu saja jumlah audience dari kalangan ibu-ibu jauh lebih dominan ketimbang audience dari kalangan bapak-bapak. Dugaan kuat saya adalah bahwa fakta ini segaris dengan fakta opini umum masyarakat bahwa pendidikan anak adalah urusan ibu, bukan urusan bapak.
Saya tantang para peserta untuk menemukan dalil dalam Al-Qur'an ataupun hadits yang menyatakan bahwa pendidikan anak hanya urusan ibunya saja. Saya bertanya kepada mereka mengapa dalam al-Qur'an contoh pendidikan anak selalu digambarkan besarnya peran bapak. Lihat misalnya tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yang selalu dijadikan rujukan dasar Islamic smart parenting. Lihat juga misalnya tentang kisah Nabi Ya'qub dengan puteranya, yakni Nabi Yusuf, yang tak menyertakan nama serta peran ibunya.
Ternyata peran ayah dalam pendidikan anak sangatlah penting. Penelitian dalam dunia psikologi menunjukkan bahwa absennya peran ayah dalam kehidupan pendidikan anak akan menyebabkan beberapa deviasi (penyimpangan) perilaku. Bahwa peran ayah dalam pengembangan ekonomi keluarga adalah besar adalah sesuatu yang banyak disepakati, namun fokus hanya pada urusan kerja dengan menafikan urusan perkembangan jiwa anak adalah sesuatu yang tak bisa dibenarkan.
Kalaupun para ayah peduli pada pendidikan anak, sangat banyak yang fokus hanya pada mengantarkan anak mendapatkan pekerjaan tetap yang dianggapnya sebagai syarat utama bisa hidup normal. Jarang yang fokus pada kematangan mental yang inilah sesungguhnya menjadi syarat utama bisa hidup normal.
Para orang tua perlu melihat fakta bahwa "pekerjaan tidak tetap yang bisa menutupi kebutuhan tetap adalah lebih bagus ketimbang pekerjaan tetap yang tidak cukup menutupi pengeluaran tetap." Yang belum memiliki pekerjaan tetap, tersenyumlah. Salam, AIM