KALIMAT RENUNGAN 7 PEBRUARI

Bangga itu bisa saja sifatnya positif sebagaimana juga bisa bersifat negatif. Bangga yang mengantarkan pada syukur adalah bangga yang terpuji, sementara bangga yang mengantarkan pada kesombongan adalah bangga yang tercela. Terpuji dan tercelanya rasa bangga juga sangat erat hubungannya dengan apa yang kita banggakan.

Mari kita perhatikan dan renungkan kalimatvbijak berikut ini:

من العيب أن تفتخر بشيء لم تصنعه! فلا تفتخر بجمالك لانك لم تخلقه، ولا تفتخر بنسبك لأنك لم تختاره، إنما افتخر بأخلاقك فأنت من يصنعها.

(Adalah bagian dari aib jika Anda merasa bangga dengan sesuatu yang bukan Anda sendirilah yang melakukan atau membuatnya. Janganlah engkau bangga dengan kecantikan atau kegantengan Anda, karena bukan Andalah yang mencuptakannya. Anda janganlah bangga dengan nasab, gen, faktor keturunan Anda karena bukan Anda yang memilihkannya. Anda hanya boleh bangga dengan akhlak Anda, karena itulah yang Anda sendiri perbuat)

Sekali lagi, bangga yang tidak boleh adalah bangga yang bernuansa sombong atau membangga-banggakan. Berbahagialah kalau kita berwajah cantik atau ganteng, bersyukurlah. Berbahagialah kalau kita adalah keturunan orang-orang hebat, bersyukurlah. Namun jika kita adalah tergolong mereka yang kebetulan ditakdirkan berwajah pas-pasan atau di bawah standar umum, tak usahlah bersedih. Berakhlaklah dengan perilaku yang baiknya di atas rata-rata dan manfaatnya melampaui banyak duga.

Kalaulah kita bukan kerurunan orang-orang hebat yang sangat mulia, marilah berupaya menjadi pribadi yang hebat dan mulia dengan menata hati dan menata akal, dengan memperbaiki sikap dan memperbagus budi. Tukang adzan di masjid manapun dipanggil "bilal," diambil dari nama Bilal yang menjadi tukang adzannya Nabi Muhammad. Bukan karena kulitnya yang hitam beliau menjadi mulia. Pun bukan karena keturunan negro beliau dikenang. Beliau diabadikan karena sikapnya yang santun, pilihan hidupnya untuk mencintai Rasulullah, dan ketaatannya dalam beragama. Salam, AIM