Akhlak Sang Pemimpin
Suatu hari, terlihat seorang wanita tua janda sedang berupaya memanggul setumpuk kayu untuk dibawa pulang. Dilihatnya seorang lelaki datang menghampirinya dan menawarkan diri untuk memikulkan beban berat itu. Wanita tua itu berkenan dan gembira sekali.
Jarak ke rumah nenek itu tak bisa dibilang dekat. Cuaca udara saat itu tak bisa disebut dingin. Panas terik membakar kulit, jauhnya jarak menguras tenaga. Lelaki ituvtak mengeluh dan tak berkomentar apapun. Akhirnya, tiba juga di kediaman nenek itu. Nenek itu sumringah namun kebingungan dengan apa dia membalas budi sang lelaki yang baik budi itu. Baru dilihatnya ada orang sebaik itu.
Nenek itu berkata: "Wahai lelaki, tak ada apapun yang kumiliki yang bisa ku persembahkan untuk membalas kebaikanmu. Namun kusampaikan satu nasehat baik untukmu agar kau selamat. Kalau engkau kembali ke kaummu di Mekah, berhati-hatilah dengan seorang lelaki tukang sihir yang mengaku nabi. Namanya adalah Muhammad. Jangan sampai engkau dekati dia." Lelaki itu bertanya mengapa harus begitu. Dijawabnya bahwa Muhammad adalah orang yang jelek perangainya.
Lelaki itu dengan tersenyum bertanya: "Bagaimanakah jika Muhammad yang inu maksud itu adalah saya sendiri?" Wanita tua itu menjawab: "Kalau benar engkau, maka aku saksikanlah aku bersyahadat sekarang." Lalu masuk Islamlah wanita itu. Subhanallaah. Satu bukti nyata sungguh mengalahkan seribu iklan.
Itulah akhlak seorang pemimpin yang benar-benar matang sebagai pemimpin, matang dengan nilai diri, bukan matang dengan publikasi diri. Jangan tertipu dalam memilih pemimpin. Cermati akhlaknya, perhatikan kualitas hatinya, dan kualitas pemikirannya. Salam, AIM