Sikap kita kepada orang lain sangat ditentukan oleh bagaimana kita mendefinisikan orang lain. Syekh Abdullah Mahfudh bin Bayyah memuji definisi "orang lain" yang dikemukakan oleh Sayyidina Ali yang mengatakan: "Manusia itu ada dua macam, saudaramu seagama atau sesamamu sebagai makhluk Allah."
Definisi tersebut sangat singkat namun memiliki implikasi positif yang luar biasa pada sikap kita bertemu dan bergaul dengan orang lain. Dengan memahami orang lain sebagai sesama makhluk Allah, terlarang bagi kita menghina dan menyakitinya dengan dalih apapun sebagaimana kita tak hendak jika dihina dan disakiti dengan alasan apapun.
Dengan memahami bahwa orang lain itu adalah saudara kita seagama maka terlarang bagi kita mempetakan orang lain itu sebagai orang di luar kelompok kita. Perbedaan pendapat dan perbedaan pilihan jalan menuju tujuan yang sama tak perlu melahirkan pertengkaran karena Tuhan saja tak suka didatangi dengan cara bertengkar.
Definisi yang dikemukakan sayyidina Ali tersebut di atas adalah definisi lama yang banyak dilupakan manusia baru. Manusia modern banyak juga yang terjebak dalam eksklusifisme. Di kalangan masyarakat muslim saat ini ada kelompok yang terpengaruh absolutisme agama lain dengan meyakini "tak ada keselamatan di luar kelompok kami." Inilah yang banyak melahirkan kelompok "radikalis" itu.
Siapapun yang mengklaim mengikuti assalafusshalih harus mengikuti mereka bukan hanya tampilan luarnya melainkan pula karakter dalamnya yang penuh hikmah, Mashlahah dan rahmah. Assalafusshalih adalah sekelompok orang bijak, santun, berfisi kedamaian dan kerukunan, serta penuh kasih sayang. Bacalah sejarah mereka secara utuh. Salam, AIM