RENUNGAN JUM'AT
Bagi mereka yang biasa menilai keangungan dan keanggunan diri dari sisi harga sesuatu yang dimilikinya, sempatkanlah pejamkan mata, membaca kehidupan yang dilaluinya, merenungkannya dan membuat kesimpulan tentang sesuatu yang sesungguhnya paling penting maknanya dalam kehidupannya.
"Emas dan berlian sangatlah mahal harganya. Semua orang tahu. Mobil mewah dan fasilitas hidup serba wah juga mahal harganya. Semua orang paham. Namun ternyata, manusia bisa hidup tanpa emas dan berlian, tanpa mobil mewah dan fasilitas wah. Kalau begitu, mengapa ini yang dikejar mati-matian sampai mati betulan?"
"Air tak seberapa harganya. Air sumur malah banyak yang digratiskan sebagaimana air sungai dan sumber air lainnya. Murah sekali harganya, namun tanpanya sungguh manusia berada di pinggir lubang kuburan, pasti mati dehidrasi dalam waktu yang tak terlalu lama. Begitu pentingnya adanya air dalam kehidupan kita, tapi kenapa begitu banyak yang menyia-nyiakan air dan membuang-buangnya tanpa mementingkannya?"
Banyak sekali orang yang menomerduakan yang utama dan mengutamakan yang nomer dua. Agama mengajarkan skala prioritas; yang wajib harus lebih diprioritaskan dari pada yang sunnah, yang sunnah diutamakan dari pada yang mubah. Yang mubah jelas lebih baik ketimbang yang makruh.
Lalu apa alasan pembenar bagi kita untuk hidup bermewah-mewah sementara tetangga kanan kiri masih dalam kekurangan, keterbatasan, dan penderitaan? Bukankah Rasulullah bersabda bahwa seseorang belumlah beriman ketika dirinya tidur nyenyak kekenyangan sementara tetangganya kelaparan? Salam, AIM@Pondok Pesantren Alif Laam Miim Surabaya