Kesimpulan Nenek tentang Kehidupan (2)
Para cucu serius sekali mendengarkan pitutur sang nenek, jauh lebih serius ketimbang pembaca tulisan ini yang hanya tinggal baca saja. Saya ucapkan terima kasih sekali bagi yang komentar walaupun hanya dengan simbol emoticon, minimal telah meyakinkan saya bahwa ada yang membaca tulisan saya. Saya tidak ingin nanti ketika mau meninggal nanti ditanya hal yang sama oleh cucu dan jawaban saya adalah: "yang paling saya sesali adalah terlalu rajin nulis status (BC) tapi ternyata tidak dibaca orang."
Nenek itu melanjutkan jawaban untuk pertanyaan kedua: "Hal yang menyedihkan saya banyak sekali. Tapi yang paling membuat saya paling sedih adalah ketika saya tahu bahwa yang paling menginginkan saya hancur berantakan adalah orang yang paling dekat dengan saya. Menusuk dari belakang, menghina dengan senyuman dan meruntuhkan dengan pujian. Sungguh ketika itu terjadi tersadarlah saya bahwa tak ada benteng perlawanan yang paling ampuh dibandingkan kembali kepada Allah, berlindung kepada Allah dan mohon ampun kepada Allah."
Para cucu ingin sekali sang nenek menyebut nama orang dekat yang telah menyakiti dan hendak meruntuhkannya. Berkali-kali nenek ini ditanya, berkali-kali nenek ini menjawab senyuman, senyuman unik karena senyuman ini ditemani air mata. Di tetes yang terakhir, nenek ini berkata: "Nama orang yang menyakiti tak penting disebut cucuku, menyebutnya berarti menjadikannya merasa abadi. Jangan biasakan mengingat nama orang yang menyakitimu, namun biasakan mengingat dan mengenang orang yang membuatmu bahagia."
Nenek ini benar. Saya setuju sekali. Mengambil hikmah tak selalu perlu dengan mengetahui nama. Sementara kita saat mendengar berita gossip, biasanya memaksa orang bercerita itu untuk menyebut nama: "Siapa, siapa, siapa. Sebut donk, jangan bikin penasaran, udah kadung nih." Kita mau ambil hikmah atau mau menjadi penyalur gossip?" Salam, AIM