Semangat Keagamaan Para Sahabat Nabi
Dalam kajian setelah maghrib di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya malam ini, saya sampaikan catatan sejarah yang seringkali luput dari perhatian, yakni jarang dikisahkan. Banyak nilai dan pelajaran berharga yang tak kita petik karena pohon sejarah memang tak disiram dan dipupuk agar subur dan berbuah. Kisah malam ini tentang semangat keagamaan Abu Bakar dan salah seorang puterinya yang bernama Asma'.
Abu Bakar pernah melontarkan kalimat tanya penuh semangat yang penuh makna:
ا ينقص الدين و انا حي؟
(Apakah agama ini akan menurun sementara saya masih hidup?)
Kalimat tanya ini punya makna bahwa hidup Abu Bakar sepenuhnya adalah untuk Islam. Hatinya tak rela jika Islam tak jaya, jika Islam terhina, dan bila Islam tak berkualitas. Sudahkah semangat keagamaan kita seperti semangat Abu Bakar? Jawabannya ada pada fokus kita dalam kerja dan usaha keseharian kita, untuk dunia apa untuk agama?
Sementara itu, Asma' putri Abu Bakar ini mewarisi jiwa semangat ayahnya. Saat Rasulullah dan Abu Bakar dikejar kafir Quraisy dan beliau berdua bersembunyi di gua Tsur, Asma' dipaksa Abu Jahal untuk memberi tahu posisi beliau berdua. Walaupun terus dipukul, Asma' tak menjawab. Pantang baginya memberitakan sesuatu yang mencelakakan Rasulullah dan ayahnya. Sudahkah kita memiliki semangat melindungi ulama penerus Nabi?
Saat Asma' sudah tua, anaknya yang bernama Abdullah bin Zubair diancam bunuh oleh Hajjaj. Ternyata, demi kekuasaan, seseorang tega membunuh siapapun tanpa mempertimbangkan siapa yang dibunuh itu. Orang mulia putera orang mulia dan cucu orang mulia saja dibunuh demi politik kekuasaan. Sebelum dibunuh, Abdullah bin Zubair berkata kepada ibunya bahwa dia akan dibunuh sambil kemudian bertanya bagaimana jika setelah dibunuh kemudian dicincang oleh Hajjaj. Asma' menjawab: "Anakku, setelah disembelih, kambing itu tak masalah walau harus dikuliti dan dicincang seperti apapun."
Luar biasa. Pantang menyerah dan menjual keyakinan kea