Salah satu yang memotivasi kita untuk terus mengajak pada kebaikan adalah apa yang dikatakan Abu Darda' yang banyak dikutip dan diamini oleh para menulis kitab pada masa berikutnya. Dawuhnya adalah berikut ini :
ما تصدق رجل بصدقة
أفضل من موعظة يعظ بها جماعة
فيتفرقون وقد نفعهم الله بها .
(Tidak bershadaqah seseorang dengan shadaqah yang lebih utama dibandingkan dengan memberikan mau'idhah--nasehat kebaikan-- kepada sekelompok orang, kemudian orang-orang itu berpencar pulang dan Allah menjadikan nasehat itu bermanfaat bagi mereka)
Nasehat kebaikan akan memberikan manfaat ketika ia adalah kebenaran yang disampaikan dengan cara yang benar, kebaikan yang disampaikan dengan cara yang baik dan keindahan yang disampaikan dengan cara yang indah. Dibutuhkan kesungguhan belajar kebenaran dengan cara yang benar dan kebaikan dengan cara yang baik. Semuanya harus bermula dari niat yang benar dan tulus. Itu semua butuh waktu.
Sampaikan kebenaran dan kebaikan yang kita tahu kepada banyak orang tanpa merasa bahwa itulah satu-satunya yang benar dan baik, sebab mungkin saja ada pemahaman berbeda yang mungkin saja lebih benar dan lebih baik. Meskipun demikian, jelas benar bahwa tak ada yang lebih benar dan lebih baik dibandingkan firman Allah dan sabda Rasulullah. Hanya saja, ada pertanyaan untuk diri kita: "sudah sempurnakah pemahaman kita akan al-Qur'an dan Hadits?
Menggelitik sekali tulisa Kiai Nadir Australia: "Kembali pad al-Qur'an dan Hadits jangan sampai disamakan dengan kembali pada terjemahan al-Qur'an dan Hadits." Iya, benar sekali. Terjemahan itu hanya seujung kuku dari proses memahami, masih banyak cabang keilmuan yang harus dipahami untuk memperoleh pemahaman yang agak mendekati utuh atau komprehensif. Mari kita terus menjadi pembelajar. Salam, AIM@bedrest