Pencerah Hati

Pencerah Hati 16 Februari 2016 11:00

  • Selasa, 16 Februari 2016 11:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Ahnaf bin Qais yang terkenal alim dan wara' itu berkata: "Kalau Anda suka heran melihat sesuatu yang tak sesuai dengan nalar lurus manusia, yang paling membuat saya heran adalah manusia yang semakin lama tubuhnya semakin besar tapi akalnya kok semakin mengecil." Iya benar, ternyata ada manusia yang umurnya semakin tua, tapi cara pikirnya semakin kekanak-kanakan. Ada tidak?

Manusia itu dagingnya tidak bisa dimakan, kulitnya tak bisa dibuat sebagai pakaian dan tulangnya tak bisa dijadikan tongkat. Lalu apa lagi yang bisa dilakukan selain memiliki lidah yang manis dan hati yang tulus? Lalu, apalagi yang bisa dipersembahkan dalam hidup ini kalau bukan membahagiakan orang lain dengan apa yang kita miliki? Aslinya, hanya orang yang akalnya kecil saja yang masih berkeinginan berbuat curang dan dzalim, yang ingin berbahagia di atas derita orang lain.

Kita harus berupaya untuk semakin tua semakin mendekat kepada Allah, semakin cepat bertaubat ketika sadar melakukan kesalahan, semakin memberikan manfaat kepada banyak orang dengan berbagai cara. Benar bahwa kita tak bisa membahagiakan semua orang, tapi kita bisa berusaha tidak menyakiti seorangpun. Upayakanlah ada banyak orang yang menjadi saksi bahwa kita pernah hidup dalam kebaikan-kebaikan.

Mulailah dengan membahagiakan orang tua kita. Hanya orang yang otaknya kecil saja yang bernafsu membahagiakan orang lain sementara dalam waktu yang sama membiarkan orang tuanya menderita. Saya hormat dan angkat topi pada seorang alim yang membawa ibunya kemana beliau diundang ceramah, karena di rumahnya sang ibu hanya merasa bahagia jika bersama sang alim ini.

Sang alim itu di setiap permulaan ceramahnya selalu saja menyebut ibunya sebelum menyebut para hadirin yang mulia lainnya. Beliau selalu dengan penuh ta'dzim dan suara lembut semi gemetar memulai ceramahnya dengan berkata: "Yang saya muliakan, yang saya cintai dan yang saya taati, ibuku, yang setia menjadi perawatku, guruku, pahlawanku dan pembimbingku melalui doa dan airmatanya." Baru beliau menyebut orang mulia lainnya. Bagaimana dengan kita? Salam, AIM@bedrest