Pencerah Hati

Pencerah Hati 17 Maret 2016 19:26

  • Kamis, 17 Maret 2016 19:26:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Ketika orang ramai berbicara tentang LGBT, nama nabi Luth dan kaumnya banyak disebut dan dijadikan dalil. Saya tertarik mengomentari satu ayat al-Qur'an yang menggambarkan betapa kaum Nabi Luth yang senang homoseksual (hubungan sejenis) itu bersemangat untuk mengusir orang yang tidak sepaham dengan mereka dari desanya.

Allah menyampaikan kata-kata mereka dengan redaksi: ﴾أخرجوهم من قريتكم إنهم أناس يتطهرون﴿ “Mereka mengatakan: Keluarkan mereka dari kampung kalian karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merasa bersih (suci)”. (Al-A’rof: 82). Ada beberapa poin yang tersirat dalam ayat ini: pertama adalah bahwa yang mayoritas kehidupannya berlumur "najis" akan menganggap bahwa najis itu adalah normal sementara suci adalah aib; kedua adalah bahwa selalu ada kecenderungan untuk menyingkirkan yang baik itu dan mengajak orang lain untuk berbuat yang sama dengan yang dilakukannya.

Walau ada, jarang sekali yang orang tidak baik gemar mengajak orang lain menjadi tidak seperti dirinya, kecuali orang yang tidak baik itu memasuki etape pertaubatan dengan penuh penyesalan. Yang pasti adalah bahwa orang baik akan senantiasa berharap kebaikan selalu menjadi miliknya dan milik semua orang sehingga dia gemar mengajak bersama berbuat kebaikan.

Apakah kita ini orang baik atau orang kurang baik atau orang yang jelas tidak baik sesungguhnya bisa dijawab sendiri dengan mempertanyakan kepada diri kita "senang atau bencikah kita pada orang baik? Senang atau tidak sukakah kita melihat orang lain baik dan sukses? Mendukung atau tidakkah kita pada kebahagiaan dan kesuksesan orang lain?

Saya yakin sahabat dan saudaraku pembaca status ini adalah orang baik dan semoga senantiasa bernasib baik, diwafatkan dalam keadaan baik dan dikumpulkan dengan orang-orang baik. Salam, AIM@home_bedrest