Jiwa yang indah memiliki wajah-wajah indah walau wajah tampakan luarnya tidak lah indah. Apa yang ditanam dalam jiwa akan berbuah di luar jiwa, yakni tampakan luar yang penuh manfaat dan pesona. Publik mengenal kata "inner beauty" (kecantikan dalam jiwa), itulah jiwa yang indah. Namun, begitu jarang yang paham apa makna "inner beauty" itu.
Ibnu Qayyim dalam kitabnya 'Rawdlatul Muhibbiin' menyatakan bahwa imanlah yang menjadikan hidup menjadi indah dan terhormat. Beliau berkata: "Seorang mukmin diberikan kewibawaan dan kenyamanan hidup karena imannya. Siapa yang melihatnya, maka terpesona dengan wibawanya. Siapa yang bergaul dengannya, maka akan mencintainya. Kenyataan ini adalah fakta tak terbantahkan yang disetujui atau disaksikan banyak mata."
Kalau kita setuju dengan kesimpulan Ibnu Qayyim di atas, maka harusnya kita sibuk membenahi iman kita, menguatkan keyakinan kita, memperkuat kepercayaan kita, bukan sibuk menghias tampilan kita. Seindah-indahnya kata yang keluar dari kebusukan niat tak akan berbekas lama. Secantik-cantiknya wajah jika tak didukung kecantikan jiwa tak akan lama mempengaruhi orang yang memandang.
Saat ini layak kita bertanya, lebih sering mana kita berkaca ke cermin dengan berkaca ke sajadah? Lebih sering mana kita membasuh wajah dengan bahan facial treatment dibandingkan dengan air wudlu'? Lebih sering mana kita membaca tips kecantikan wajah dan perawatan tubuh dibandingkan dengan membaca al-Qur'an, hadits dan kitab-kitab agama?
Ah, berat sekali saya tuliskan kata-kata tadi karena saya bukanlah orang yang berdiri pada titik sempurna. Saya adalah orang yang selalu berada dalam proses menuju. Semoga tak berubah menjadi proses mundur menjauh dari titik ideal. Ketika kita merasa sama-sama dalam proses menjadi indah, marilah kita berpegang tangan untuk menuju titik ideal itu. Salam, AIM@BKKBN, Presentasi Hasil Penelitian