Pencerah Hati

Pencerah Hati 20 Januari 2016 08:00

  • Rabu, 20 Januari 2016 08:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Salah satu cara kita bersabar atas perbuatan orang lain yang menyakiti dan merugikan kita adalah dengan menyadari bahwa segala sesuatu itu terjadi karena idzin Allah. Mengaturan Allah adalah di atas semua pengaturan manusia. Kembalikan saja kepada Allah, maka Allah akan memberikan hadiah dan bonus berlimpah kepada kita.

Tak ada yang lebih indah dari bersikap ridla atas apapun yang menimpa kepada kita. Dengan ridla itu kita akan mendapatkan ridlaNya. Sayangnya, stasiun RIDLA adalah stasiun yang sulit sekali jalan tempuhnya. Sedikit sekali orang-orang yang yang sampai ke stasiun ini. Sekali tiba di tempat kita, kita akan mendapatkan tiket menuju kebun bahagia, tempat senyum menjadi hiasan, sapaan indah menjadi lagu wajib keseharian.

Renungkanlah kalimat di atas, semoga menemukan sentuhan rasa pada saraf-saraf bahagia. Terkesan sekali saya pada sejarah hidup Nabi Yusuf yang oleh Allah disebut sebagai kisah terindah (ahsan al-qashash), hidup beliau tanpa keluhan karena semuanya disadari sebagai sesuatu yang harus dijalani. Terkesima saya pada kisah hidup Rasulullah Muhammad SAW yang walau selalu saja ada ancaman dan hinaan beliau tak pernah mengeluh dan menjalaninya bagai membaca sebuah kisah.

Ketika kita membaca cerpen, novel, sejarah, atau menonton film (sinetron), apakah kita kemudian berhenti membacanya atau berhenti menontonnya ketika kisahnya sedang menyedihkan, penuh peran antagonis dan menguras air mata? Kita semakin penasaran dan bahkan kadang kita mengulang-ulangi episode itu. Lalu mengapa kita tak suka ketika episode seperti itu yang terjadi pada diri kita? Mari kita berupaya dengan sisa kesabaran yang ada, menjalani kehidupan tanpa keluhan. Salam, AIM, orang yang berjuang untuk tak mengeluh tapi belum mampu. Doakan saya ya.