Pencerah Hati

Pencerah Hati 22 Februari 2017 08:00

  • Rabu, 22 Februari 2017 08:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Kekuatan Akal vs Kekuatan "Okol"

Tentang akal semua sudah maklum. Namun tentang "okol" saya tak yakin semuanya paham maknanya. Okol adalah bahasa lain dari otot atau urat. Nah, dari judul di atas sangat benderang yang dimaksud bahwa tulisan kali ini membandingkan urgensi fungsi akal dan okol itu. Bahwa keduanya penting adalah iya. Namun yang manakah yang paling unggul mengantarkan kita pada pintu keluar masalah? Banyak sekali orang yang fokus pada pengembangan otot-otot tubuhnya, namun tak peduli pada perkembangan otak dan akalnya.

Motivator muslim terkenal, almarhum Dr. Ibrahim Fiqi menuliskan illustrasi yang menarik dan mudah dicerna. Saya ceritakan kembali dengan beberapa penambahan dan penekanan gaya tulis khas saya: " Ada lelaki setengah tua yang terburu-buru masuk ke sebuah toko untuk membeli sesuatuvyang urgen atas permintaan isterinya. Pagi sekali saat itu. Sesampainya di toko, bergegas dia membuka pintu toko. Didorongnya pintu itu, namun ternyata tak bisa terbuka. Semakin kuat dia mendorong, pintupun tak bisa dibuka. Sekuat uratnya didorong, pintupun tetap tak terbuka. Dia berpikir barangkali pintu itu masih terkunci. Lalu, datanglah anak muda yang juga akan membeli sesuatu di toko itu. Sesampainya di pintu toko, ditariklah gagang pintu ke arah luar dan terbukalah pintu dengan mudah dan ringan."

Lelaki setengah tua yang otot tangan dan kakinya bak susunan kabel listrik itu tertunduk malu dan bertanya kepada pemuda itu mengapa kok mudah membuka pintu itu. Pemuda itu berkata bahwa tulisan di pintu itu adalah "TARIK" bukan "DORONG." Sekuat apapun mendorong tak akan terbuka. Rupanya, lelaki tua itu tak punya pengetahuan dan pengalaman. Dia tak bisa baca tulis.

Hikmah dari kisah di atas adalah bahwa setiap masalah memiliki cara penyelesaian sendiri-sendiri. Pelajari setiap masalah yang dihadapi baru diselesaikan. Hikmah lainnya adalah bahwa akal itu lebih besar dan lebih kuat perannya dibandingkan "okol." Pendidikan janganlah dinomerduakan. Silahkan badan diolahragakan, tapi jangan lupa otak akalpun diolahragakan melalui pendidikan, pengajian dan pelatihan. Salam, AIM, Dosen Pascasarjana UINSA Surabaya