Kalau kita bisa makan walau tak punya uang bersyukurlah. Kita masih bisa pinjam uang untuk makan untuk kemudian kita bayar ketika punya nanti. Kalau kita bisa makan dan memiliki uang yang cukup untuk makan itu maka lebih bersyukurlah. Kita sungguh berhak menyebut diri sebagai orang berkecukupan.
Kalau kita punya uang dan kita tak bisa makan karena sakit maka bersabarlah. Memang selalu saja ada masa di mana ujian sakit itu harus mengisi kuliah kehidupan kita. Kalau kita punya uang berlebih dan kemudian kita bisa makan bersama orang lain, terlebih mereka yang kekurangan, maka bersyukurlah karena kita berhak merasa sebagai kelompok orang berkelebihan.
Kalau kita memiliki uang berlebihan namun tak pernah tersentuh memberi makan anak yatim dan fakir miskin nestapa maka bertobatlah dan istighfarlah karena itu berarti kita sedang menahan diri memberikan sebagian harta yang menjadi hak mereka yang membutuhkan itu. Kalau kita orang yang tak berkelebihan namun bisa menanggung hidup banyak orang yang menurut akal "lebih" dari kemampuan kita, ini baru luar biasa. Ini berarti kita dipilih Allah untuk menjadi orang tua dari banyak orang.
Ini pelajaran hidup yang saya petik hari ini dari sepasang suami isteri yang menanggung makan 100 orang anak selama mau mondok dan sekolah dan minggu ini bertambah 3 lagi anak yatim lagi, hanya dengan penghasilan resmi suami isteri 900 ribu rupiah perbulan sebagai kepala sekolah swasta. Tak hanya makannya yang 3x sehari semalam, kadang lengkap dengan uang saku dan biaya sekolahnya. Ini menarik karena tak ada bantuan dari pemerintah dan pasangan ini tak pernah mengajukan proposal bantuan untuk urusan ini.
Saya dan isteri sering "menggoda" pasangan suami isteri yang sudah 4 kali ini ke Mekah tentang "kenekatan"nya. Dijawabnya dengan senyum dan berkata: "Allah Maha Kaya, Allah Maha Pemberi Rizki dengan caraNya, bukan dengan cara kita." Selamat adikku, semoga selalu sehat dan panjang umur. Salam, AIM@home