Hidup itu sesungguhnya simpel, yang menjadikannya ruwet sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Kata-kata 'siapa yang menabur' sesungguhnya benar adanya. Apa yang kita dapatkan seringkali adalah buah dari apa yang kita perbuat. Lalu ada yang bertanya mengapa dirinya selalu menjadi obyek penderita padahal tak pernah menjadi subyek yang memenderitakan? Jawabannya mudah sekali, jika memang betul bahwa semua yang dilakukan positif maka hal negatif yang tiba pada kita adalah cara Allah lebih membuat kita kuat dan dewasa.
Ingin mudah, ingin tenang bahagia? Coba perhatikan dan praktekkan sabda Rasulullah: "Mudahkan orang lain, jangan dipersulit. Bahagiakan orang lain, jangan ditakut-takuti." Ringkas dan singkat sekali kalimat ini namun berdaya dahsyat menjadikan hidup kita mudah dan bahagia. Bagaimana keadaan hidup kita banyak bergantung pada apa yang kita lakukan pada keadaan hidup orang lain.
"Mudahkan, jangan mempersulit." Ah, Rasulullah tahu betul bahwa ada di kalangan umatnya yang mempersulit hal yang sudah sulit bahkan mempersulit hal yang sebenarnya mudah. Jadilah pribadi yang mempermudah hal yang mudah bahkan mempermudah hal yang sulit. Sayangnya, banyak orang yang merasa bangga dan gagah kalau bisa mempersulit orang lain. Jelas ini tidaklah islami karena melanggar sunnah Rasulullah.
Ada model baru lagi, mempermudah hanya untuk geng atau kelompoknya sendiri dan mempersulit orang yang tidak masuk dalam kelompoknya tanpa adanya alasan yang dibenarkan oleh aturan agama ataupun aturan negara. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah tergantung posisi kita. Kalau posisi kita adalah sebagi pihak yang selau mempersulit, berhentilah. Berubahlah menjadi orang yang membantu dan meudahkan orang lain. Jika posisi kita sebagai yang terdzalimi, sabarlah. Santai saja, orang yang mempersulit nantinya juga akan ketemu dengan malaikat maut. Maksudnya? Salam, AIM