KALIMAT RENUNGAN 26 JANUARI
Ada banyak orang bertanya mengapa banyak orang yang enggan diajak menuju kebaikan? Ayat-ayat Allah tidak didengarkan, tidak diperhatikan, dan bahkan diremehkan. Sabda-sabda Nabi dianggap peninggalan masa lalu yang layak hanya untuk dikenang, tidak untuk dijadikan pegangan. Anjuran dan fatwa ulama dianggap sebagai lelucon yang menggelikan dan menghambat kemajuan.
Kesimpulan sejarah berikut ini layak untuk direnungkam bersama, kesimpulan tentang dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya. Kesimpulan ringkasnya adalah sebagai berikut:
نادى نوح في الحيوانات مرة فركبت السفينة
وقضى 950 عاماً يدعو الناس فاختاروا الغرق!
غريزة سليمة خير من عقل مريض
(Nabi Nuh memanggil para hewan satu kali panggilan saja, maka hewan-hewan itu langsung naik perahu Nabi Nuh. Nabi Nuh menghabiskan waktu 950 tahun mengajak manusia. Ternyata mereka memilih untuk tenggelam--tidak mau naik perahu. Instinc yang sehat ternyata lebih baik dari akal yang sakit)
Dengan mengunakan rujukan di atas maka dapat dipahami bahwa mereka yang menolak ajakan kebaikan adalah orang-orang yang akalnya sakit. Akal yang sehat akan senantiasa sejalan dengan kehendak syari'at. Lalu ada pertanyaan mengapa akal itu bisa sakit? Apa yang membuat sakit akal? Pertanyaan sederhana ini sungguh membutuhkan jawaban yang tidak sederhana.
Pertama, bedakan antara otak dan akal. Otak itu di kepala, sementara akal itu di hati bersama-sama dengan nafsu. Oleh karena itu orang yang akalnya sakit bisa juga disebut hatinya yang sakit. Kedua, akal menjadi sakit saat ia dikalahkan oleh nafsu. Ketika keinginan hawa nafsu melampaui batas maka akal akan lemah dan kehilangan daya untuk kemudian sakit dan bisa jadi mati.
Ingin akal tetap sehat? Kendalikan hawa nafsu. Nafsu ingin cepat kaya, nafsu ingin cepat dan selalu berkuasa, nafsu untuk memiliki semuanya bisa jadi meremukkan akal. Berhati-hatilah, jangan melanggar batas yang telah ditentukan syari'at. Salam, AIM