Untuk apa kecewa berkepanjangan dengan apa yang tidak kita gapai, sementara kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok atau lusa. Jangan-jangan ketidaktergapaian keinginan kita itu menyimpan sejuta makna yang justru membahagiakan kita suatu saat nanti. Bukankah para guru kehidupan selalu berkata bahwa nasib pahit kali ini bisa menjadi kisah manis di suatu masa nanti?
Frank Slazak yang gagal terpilih menjadi astronout sipil pertama untuk terbang dengan pesawat Challenger tanggal 28 januari 1986 protes berat pada Tuhan. Dia lolos seleksi awal untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.Dari 43.000 pelamar lolos kemudian ke 10.000 orang, untuk kemudian lolos 100 besar yang berhal untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Dia terus berusaha dan berdoa untuk menang. NASA ternyata memilih Christina McAufliffe. Kecewa dan protes kepada Tuhan.
Frank Slazak bersama teman-temannya menjadi penonton ketika pesawat Challenger itu berangkat. Dia sedih dan bertanya mengapa bukan dirinya yang menorehkan sejarah. Terbanglah pesawat angkasa itu, tujuh puluh detik kemudian semua mata terbelalak setelah melihat di layar TV bahwa pesawat itu meledak dan hancul berkeping-keping menewaskan semua penumpang. Frank Slazak tertunduk menangis dan bersyukur: "Terimakasih Tuhan, engkau tidak pilih aku untuk terbang."
Cara Allah menyelamatkan manusia kadang tak bisa ditebak oleh kecerdasan manusia. Gagal tidak selalu bermakna nasib jelek, sebagaimana sukses tidak selalu bermakna nasib baik. Karena itulah Islam mengajarkan kebersahajaan, kesederhanaan, kemoderatan, dan sikap biasa-biasa saja. Bukankah kita tak tahu apa yang akan terjadi besok? Jalan hidup mudah sekali berubah arah, dan, seringnya, perubahan itu datang penuh kejutan.
Optimislah dan jangan pernah pessimis, tersenyumlah dan jangan terlarut dalam tangis. Kehilangan optimisme adalah kehilangan separuh iman. Salam, AIM, Dosen Pascasarjana UINSA Su