Tadi siang ketika saya memasuki kampus UINSA Surabaya terkejut sekali dengan ucapan salam dan panggilan jarak jauh dari seseorang yang berseragam rapi yang setelah saya jawab kemudian bergegas mendatangi saya dan dengan bersahaja sekali berkata: "Bapak, bulan depan saya pensiun. Maafkan kesalahan-kesalahan saya dan doakan saya bisa tetap eksis dan sukses menjalani tugas kehidupan yang lain."
Terharu sekali saya dengan sikap santunnya dan tersentuh sekali saya dengan keseharian beliau yang selama ini saya tahu. Beliau adalah satpam yang rajin shalat berjamaah jamaah di masjid Ulul Albab UINSA. Sepanjang saya kenal, beliau tak pernah merengut atapun marah. Yang paling saya ingat adalah beliau memberikan hormat kepada siapapun. Ketinggian kehormatan seseorang sungguh sangat ditentukan oleh kebesaran hatinya untuk menghormati orang lain walaupun secara pangkat duniawinya berada di bawahnya.
Saya tersenyum senang dan memeluknya sambil berkata: "Sebelum pensiun, tolong nanti bertemu saya lagi ya. Saya ingin kita tak putus hubungan. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan." Sayapun kemudian pamit untuk mengajar. Hati saya berkata: "Sungguh beliau itu orang biasa yang luar biasa karena tak pernah mengeluh, selalu saja semangat melaksanakan apa yang menjadi tugas.
Kata para bijak, orang optimis itu tandanya satu saja: "pantang mengeluhkan takdir dan memandang sesuatu yang tak sesuai harap serta rencana sebagai ujian menuju bahagia yang harus lulus dilalui." Bahasa lebih lugasnya "hidup adalah penuh ujian, bukan penuh penyiksaan." Selamat Bapak, bapak telah paripurna tugas sebagai satpam di UINSA dan saya yakin bahwa Bapak ditunggu tugas lainnya. Orang baik tak pernah kekurangan pekerjaan. Salam, AIM, Dosen UINSA Surabaya