PENGUSIR GALAU PENGHAPUS PIKIRAN KACAU
Baru saja saya selesai syuting 2 episode program sebuah stasiun TV dari 36 episode yang direncanakan. Semoga Allah menjadikan kegiatan ini sebagai bagian ibadah yang diterima dan memberikan manfaat untuk diri dan lainnya. Dalam episode pertama dan kedua ini saya bicara hal yang paling fundamental yang seringkali terlupakan dalam kebisingan kompetisi serta persaingan kehidupan dunia ini. Hal itu gak lain dan tak bukan adalah KEHADIRAN TUHAN DALAM KEHIDUPAN KESEHARIAN KITA.
Ada banyak orangvtangvsecara total tidak peduli dengan urusan agama, urusan akhirat. Hidupnya secara total diatur oleh kemampuan otaknya dan badannya serta ketergantungan pada faktor selain Allah. Biasanya, orang semacam ini rentan stress, galau dan kacau pola pikirnya. Sangat sulit bahkan mustahil orang semacam ini merasakan kebahagiaan sejati. Mengapa? Karena semuanya diukur dengan materi.
Ada beberapa orang yang yang mengakui adanya Allah dan tahu bahwa Allah mengatur hidupnya, namun masih saja tergoda oleh ambisi dan egoisme dirinya. Orang semacam ini masih lumayan bisa diajak kembali ke agama, walau biasanya sulut diajak kembali lepada Allah dengan total kecuali telah berada dalam keadaan kepepet dan gak menemukan jalan lainnya. Bisakah hilang kegalauan dan kekacauannya? Bisa, asal saja mau bertaubat secara sungguh-sungguh dan menguatkan niat untuk istiqamah.
Ada jenis manusia unggulan yang 100% tahu dan sadar bahwa dirinya adalah hamba dan Allah adalah tuhannya. Karena itu maka proyek kehidupannya yang paling utama adalah bagaimana menghamba atau mengabdi kepada Allah dan bagaimana cara disuka serta dipuji Allah. Totalitas dalam iman seperti ini mengantarkan sang pelaku pada keridlaan menjalani setiap tetesan takdir yang harus dirasakan dan dilalui. Apakah tipe ini tak pernah bertemu musibah? Iya, tipe ini juga pasti bertemu dengan musibah sebagaimana manusia lainnya. Namun dia sadar bahwa semuanya pasti punya akhir dan pasti akan dinilai dari bagaimana cara mensikapi musibah itu. Tipe ini biasanya lebih tenang dan sabar.
Lalu apa saja tips praktis yang harus dilakukan demi tak lagi galau dan berpikiran kacau? Di dua episode itu saya sampaikan. Semoga nanti ada waktu untuk mengaji bersama. Salam, AIM, Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya