Pencerah Hati

RAMADLAN DALAM HIDUP, HARI RAYA DALAM KEMATIAN - 03 Juni 2017 08:00

  • Sabtu, 03 Juni 2017 08:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

RAMADLAN DALAM HIDUP, HARI RAYA DALAM KEMATIAN

Saya senang sekali dengan kegiatan keagamaan pada bulan suci Ramadlan ini. Tak ada masjid yang sepi dari kegiatan, tak ada mushalla yang senyap dari peribadatan. Setiap orang bersemangat mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhannya. Luar biasa efek Ramadlan ini.

Tetangga yang tak pernah kelihatan di mesjid saat di luar Ramadlan kini mendadak menjadi aktifis masjid. Remaja yang sebelum Ramadlan sibuk dengan acara kepemudaan mendadak sibuk dengan acara kerohanian. Ibu-ibu yang kesehariannya sibuk dengan belanja dan memasak untuk keluarga mendadak sibuk menyiapkan buka puasa di masjid dan mushalla. Hebat sekali efek Ramadlan.

Teringatlah saya pada satu ucapan:

لو عشت حياتك كأنك في رمضان ستجد الآخرة عيد

(Kalau engkau hidup seakan selalu dalam bulan Ramadlan, maka engkau akan mendapati akbiratmu sebagai hari raya) Bahasa lebih ringannya, jadikan keseluruhan hidupmu bagai selalu dalam bulan Ramadlan, maka kematianmu adalah akhir puasamu dengan memasuki hari rayamu.

Yang berhak berhari raya adalah yang berpuasa. Menariknya di Indonesia, semua orang ikut berhari raya, termasuk yang tak puasa. Bahkan termasuk yang tidak beragama Islam. Itulah tolerannya keberagamaan di Indonesia.

Ingin kematian kita bagai akhir puasa kita dan menjadi hari raya kita? Marilah terus berpuasa dari apa yang dilarang Allah, pastilah pasca kematian kelak diperbolehkan buka puasa sebebas-bebasnya. Salam, AIM